WapresMa'ruf mengatakan, keberkahan hidup lebih penting dibanding panjang atau pendeknya usia. “Memang betul kalau dihitung dari hari kelahiran saya, umur saya bertambah, hari ini hitungannya menjadi 79 tahun. Tapi, dari jatah (umur) yang sudah diberikan, itu berkurang. Dari hari ke hari makin kurang, nanti lama-lama habis jatahnya.
Dalamstatus IG nya juga akbar mengucapkan syukur atas karunia umur dari Allah SWT dan juga keluarga nya “Alhamdulilah seiring bertambahnya umur , Berkurang jatah hidup di dunia, Semoga allah memberkahi sisa umur kita , dan menjadikan kita pribadi yg selalu menebar kebaikan dan Membawa manfaat bagi sesama..aminnn,..Terimakasih istri
Dipakaiatau tidak dipakai akan tetap mencair, digunakan atau tidak digunakan umur kita tetap akan berkurang dari “jatah” yg telah ditetapkan. “Selagi masih tersisa jatah usia kita, lakukanlah KEBAIKAN sebanyak yg kita mampu lakukan.” Ada 3 hal dalam hidup yang tidak bisa kembali: 1. Waktu 2. Ucapan 3. Kesempatan
Bagisebagian orang usia mungkin hanya sekedar deretan angka-angka, namun realitanya justru angka itu terus bertambah bahkan berkurang bila dilihat dari sudut pandang jatah hidup didunia. Mungkin kita pernah mendengar ungkapan begins at 40 years, dan mungkin juga ada benarnya. Sebagian orang beranggapan bahwa usia matang seseorang saat telah
Ingatwaktu terus berjalan dan usia terus bertambah artinya jatah hidup terus berkurang maka cobalah berani melakukan sesuatu yang baru yang boleh jadi cocok dan dapat menunjang keberlangsungan kehidupan yang lebih sukses untuk diwariskan pada anak cucu di masa depan. Contohlah Rasulullah Nabi kita Muhammad SAW.
Sayalebih suka menganggap Setiap Hari [adalah] Momentum Special dan untuk memaknai hari ulang tahun sebagai momentun ~ reminder ~ bahwa usia baru membentang di hari-hari saya selanjutnya, yang artinya jatah waktu untuk hidup semakin berkurang dan dengan semakin bertambah jejak usia SEHARUSNYA membuat diri ini menjadi pribadi yang lebih
DinkesDKI Jakarta juga membeberkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama tiga tahun terakhir, terhitung dari 2019 hingga 2021. Disebutkan, angka harapan hidup penduduk kelahiran 2019 adalah 72,79 tahun. Sedangkan angka harapan hidup penduduk kelahiran 2020 berada pada angka 72,91 tahun. Halaman Selanjutnya.
Jakarta- Ketika usia seseorang semakin bertambah, kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh akan mengalami perubahan. Berikut adalah beberapa jenis makanan yang disarankan untuk dikonsumsi oleh orang dengan usia 40 tahun ke atas. Helen Rasmussen PhD, seorang ahli diet dari Human Nutrition Research Center on Aging, Tufts University di Boston
LrEN. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 2 hari lagi aku berulang tahun, usiaku bertambah, jatah hidupku di dunia berkurang, tapi aku tak putus berdoa agar semakin dekat pada YG MAHA KUASA , di beri kesehatan, panjang usia, penuh cinta dan hidup berguna bagi keluarga dan orang lain. Aku percaya kadang doa merubah takdir. Sejak kecil aku tak pernah merayakan ulang tahun , karena aku tak dibesarkan oleh ke2 orang tuaku. Setiap ulang tahun nenekku membuatkan mie goreng kata beliau biar panjang umur dan 2 telur rebus yg di beri warna merah aku ngga tahu apa artinya bagi orang Chinese. Namun satu yg aku lakukan selalu, beli kue kecil apa aja yg penting lilin bisa nancap lalu aku masuk kamar, berdoa , nyanyi sendiri, tiup lilin sendiri dan tepuk tangan sendiri. Ulang tahun bagiku bukan untuk berpesta pora , tapi saat untuk merenung, melihat kebelakang , yg buruk di buang yg baik di tingkatkan. Aku sudah terbiasa di ajarkan hidup sederhana oleh nenekku, maka dibelahan dunia manapun aku berada, aku adalah aku tetap wanita sederhana. Bagi yg merayakan ulang tahun dengan berpesta meriah adalah hak mereka untuk mengungkapkan rasa syukur karena masih di beri kesempatan bertambahnya umur. Kutemukan puisi ini dari blognya Muliaarif dan minta izin pada beliau untuk mencopas, puisi ini amat menyentuh hatiku, rasanya aku malu pada Tuhanku "ULANG TAHUN"Hari hari lewat, pelan tapi pasti Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru Karena aku akan membuka lembaran baru Untuk sisa jatah umurku yang baru…Daun gugur satu-satu Semua terjadi karena ijin Allah Umurku bertambah satu-satu Semua terjadi karena ijin AllahTapi… coba aku tengok kebelakang Ternyata aku masih banyak berhutang Ya, berhutang pada diriku… Karena ibadahku masih pas-pasan… Kuraba dahiku… Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk Kutimbang keinginanku…. Hmm… masih lebih besar duniawikuYa Allah…. Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan? Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan? Masihkah aku diberi kesempatan?Ya Allah…. Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku Astagfirullah… 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_267692" align="aligncenter" width="300" caption="dari DP BBm seorang teman"][/caption] 28 tahun silam, 14 Juni 1985 melalui proses persalinan yang melelahkan selama beberapa hari, akhirnya Mamah melahirkanku di bantu dukun beranak kampung di Hajaban Huta Manik, Sumatra utara, tepat di hari Jumat. Aku lalu diberi nama Sutri Yaningsih Manik. Nama yang sangat Jawa sekali padahal katanya orang Batak. Wkwkwk geje! Kata Mamah Yaningsih itu sama seperti nama pariban Papah yang tinggal di Simomagersari, Jl. Indrapura Surabaya, peranakan batak jawa. Lalu ditambahkan lah nama SUTRI sebagai nama depan untuk semakin menambah kental nama jawaku. Hemmm ini jadi semacam cinta terpendam Papah dan aku menjadi tumbal, wkwkwk. Setiap kali aku menyebut namaku SUTRI saat berkenalan, orang akan mengulang dan kembali menanyakan namaku “Siapa tadi? Surti?” “SUTRI” jawabku “Oh Putri.” Ucapnya lagi “Bukan bukan SUTRI.” timpalku “Oh Sureti!” “Bukan Sureti tapi SUTRI, S-U-T-R-I jadi SUTRI! Kayak bilang Putri tapi huruf P diganti pakai huruf S” ucapku terus berusaha menerangkan. “Sutri?” “Ya bener!”jawabku girang “Ya sutra lah bo, ga penting juga.” Ucapnya santai tapi bikin aku gak santai pengen nimpuk pake balok kayu anarkis! Kejadian semacam itu selalu berulang saat perkenalan di awal tahun ajaran baru bersama guru baru, kelas baru, saat berkenalan dengan orang baru atau saat aku ikut kuis di radio. Penyiar-penyiar semprul akan selalu salah saat menyebut namaku dan aku harus mulai menerangkan. Itu orang baru lho, lha wong yang sudah kenal lama saja masih sering salah sebut atau salah tulis namaku kok. Kadang jadi Sutrianingsih atau Surti mereka menulisnya, ini jadi kebiasaan pihak administrasi sekolah dan kelurahan nih sampai-sampai aku jadi rajin untuk mengoreksi dan menambah urusan administrasi. Penyebutan atau penulisan nama jadi terasa sensitif dari zaman dulu dan bikin aku sejak kecil sampai lulus SMA menjadi tidak suka dengan nama SUTRI. Karena terdenar tidak cantik seperti Dina, Dewi, Anisa, Gita, Intan dll. Sutri selalu disebut dengan nada seolah itu adalah nama yang aneh, tidak di ucapkan dengan gagah dan mantap seperti saat menyebut nama Bapak presiden RI pertama “SUTRISNO” yang punya 5 huruf yang sama denganku. Kadang malah aku benar-benar dipangil Sutrisno dengan nada mengejek. *Arghhhhhh Apa lagi era Jamrud melejit dengan lagu Surti Tedjo, pasangan remaja yang mau ber esek-esek di sawah pake kondom korban salah gaul. WTF, itu masa ter-arghhhhhh banget deh pokoknya. Karena beberapa orang rajin banget manggil aku Surti dengan bernyanyi ala Krisyanto lalu tertawa sambil menunjukkan jari tengah *capeDeh, beberapa orang lainnya malah memanggilku Tedjo dan ah macem-macem deh pokoknya. Di SMA, satu sekolah dulu memanggilku SAMSON bahkan sebagian hampir lupa nama asliku adalah SUTRI, sampai-sampai kalau dulu mereka menelpon kerumahku, mereka akan berkata “Samson nya ada Om?” “SAMSON?” Tanya ayahku heran lalu bertanya ke seisi rumah “Siapa yang pake nama Samson di rumah ini?” Lalu aku akan cepat berlari dengan ekspresi wajah malu dan dengan sigap mengambil alih telpon. Setelah itu, orang-orang rumah jadi ikut menyebutku SAMSON dengan nada mengejek. Para kakak, adik dan orang tua teman-temanku juga jadi ikut-ikutan memanggilku SAMSON saat aku bermain kerumah mereka sepulang sekolah dan itu terjadi sampai saat ini. Mereka selalu bilang “Eh, Samson yang suka pisang dan gedang!” sambil menyodorkan piring berisi pisang, aku akan merespon cukup dengan nyengir sambil melahap pisang yang kupas nya harus dibuka menjadi 4 bagian tidak boleh 3 karena mengupas kulit pisang menjadi 3 itu adalah kebiasaan monyet. Aku dipanggil SAMSON karena sewaktu kelas satu SMA dulu, aku selalu diganggu oleh gerombolan anak laki-laki kelas 1-5 yang bersebelahan dengan ruang kelasku 1-4. Satu hari mereka iseng menggangguku dan spontan aku mengangkat balok kayu yang besar dan menyerang mereka secara brutal mirip Xena the warior princess. Saat aku menyerang mereka, Gilang Hata salah satu anak kelas 1-5 berteriak memanggilku Samson diikuti gelak tawa anak-anak lain yang melihat. Lalu karena penampilanku yang lebih mirip anak laki-laki dari pada anak perempuan, temanku juga kebanyakan adalah anak laki-laki dan juga karena perilaku yang lebih mirip anak laki-laki doyan ikut balapan motor, breakdance dan bermain sepak bola maka akhirnya kebanyakan dari teman-temanku justru malah jadi ikut memanggilku SAMSON sejak saat itu, itu bukan masalah karena SAMSON terdengar gagah. Saat aku mulai menjadi penyiar tahun 2005, nama SUTRI bukanlah nama yang menjual dan nggak enak di dengar. Bosku bilang, nama itu ribet. Para pendengar juga selalu salah menyebut namaku. Walhasil nama on air-ku jadi Sonic Manik di radio pertama dan jadi Manik di radio ke dua. MANIK, yah sebuah marga yang kebetulan cantik dan terdengar asyik saat di ucapkan. Tapi semua adikku juga di panggil Manik oleh teman-temannya *nahLho* Setelah lulus SMA baru deh aku mulai agak sedikit suka dengan nama SUTRI dan semakin suka sejak setahun lalu ketika kantor mengadakan pelatihan dan ada materi mengenai penerimaan diri. Sejak saat itu aku jadi memiliki makna tersendiri tentang nama dan diriku sendiri. Sekarang aku sering di panggil SAMSON oleh kawan saat SMA, dipanggil SUTRI atau MANIK oleh rekan dan kawan lainnya asal bukan Surti apa lagi Tedjo. Seseorang berkata Apalah arti sebuah nama? Oh bagiku itu penting sekali tuan nyonya, itu identitas diri, sebuah makna yang melekat bersama bayangan saat kau mengingat seseorang, Mamah awak bilang “Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan budi dan nama baik.” Jadi sory kalau awak agak-agak sensi. Hari ini tepat di hari Jumat sama seperti 28 tahun silam, aku merayakan ultah atau milad. Milad kali ini terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Ada sesuatu yang kumaknai begitu dalam. Sesuatu yang sulit ku ceritakan tapi aku tahu Allah tercinta yang berdiam di Arasy selalu tahu apa yang aku maksud. Millad kali ini indah tapi bukan karena kejutan, kado special ataupun kue tart seperti dulu. Milad kali ini aku tanpa pekerjaan, dengan kondisi fisik yang sudah tidak lagi sama, tanpa teman dan sahabat seperti dulu juga tanpa Ononk tercinta karena dia sedang sibuk dan lelah bekerja Kebiasaan ultah di tahun ganjil yang tidak di sengaja!. Hanya ada Mamah, Papah, adik-adik dan ditambah untaian doa dari beberapa sahabat. Indah, ya ini tetaplah indah dan bermakna indah tapi ada yang lebih indah di hati ini dan ada sebuah rasa syukur karena kembali bertemu 14 Juni. Sebagian doaku kini sadalah memiliki umur yang bermanfaat, bekal yang cukup menuju akhirat karena bertambah umur artinya jatah hidup semakin berkurang dan aku berharap semoga sempat bertemu Ramadhan nanti, aamiin. Teringat saat ikut pelatihan kantor yang membuatku belajar tentang makna diri, ada juga tentang Ho’op tahu bener tahu kaga nulisnya yang di ajarkan dalam pelatihan. Ho’op dilakukan dengan cara diam, menutup mata, menarik napas tenang dan teratur lalu berbicara mengucap kata maaf, cinta, sayang dan terima kasih pada diri sendiri. Milad kali ini pun aku sedang berhalangan shalat jadi cukup merapal doa di dalam hati dan melakukan Ho’op saja dengan mengucap Selamat ulang tahun SUTRIku sayang! Terima kasih SUTRI karena sudah menemani raga ini dengan cinta selama 28 tahun. Maaf jika aku sering menyakiti dan mendzalimimu, maaf karena aku sering melakukan hal buruk pada tubuh ini, maaf jika kadang aku tidak menganggap satu jiwa dan raga kita sehingga raga sering terdiam kaku tanpa jiwa! Terima kasih SUTRI, aku mencintai dan menyayangimu, SELAMAT ULANG TAHUN SUTRI!” Orang lain memang tidak akan mudah memahami diriku, maka saat itulah diri berperan untuk merangkul diriku sendiri. Karena bersahabat, memahami dan menerima diri sendiri bersama segala hal yang terjadi dalam hidup tidaklah begitu sulit. Untuk menapaki hidup dengan pengawasan 2 malaikat di kiri kanan yang sedang sibuk mencatat amal perbuatan selama menginjak tanah sebelum berada 2,5 meter di bawah tanah, aku harus menerima dan mencintai diriku. Kalau aku sendiri membenci diri dan hidupku, apa lagi orang lain! SUTRI tetaplah SUTRI walau dipanggil apa pun oleh kawan dan sahabat. Mereka tahu aku adalah SUTRI dengan segala macam sifat yang melekat. Ngomong-ngoong selamat ulang tahun juga ya untuk kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang sama-sama berulang tahun di bulan Juni ini, love you! Juni tawa Juni bahagia berteman air mata haru Juni penuh cinta dan kejutan Juniku Juni kita Geje = gak jelas Pariban = Anak perempuan dari saudara laki-laki ibu atau Tulang, yaitu sepupu yang bisa di nikahi Gedang = buah pepaya Lihat Catatan Selengkapnya
Oleh Pdt. Bigman Sirait LAZIMNYA, acara pergantian tahun dirayakan dengan sukacita. Acara kebaktian diselenggarakan di gereja maupun di rumah-rumah tangga. Semua merasa bersyukur karena Tuhan masih mengijinkan kita memasuki kehidupan di tahun berikutnya. Masalahnya, bukan seberapa lama kita hidup di dunia, tetapi bagaimana nilai kehidupan kita di dunia. Waktu, punya dua sisi yang perlu kita pahami, yakni bertambah dan berkurang, dan itu terjadi seka-ligus. Seperti mata uang, ada sisi kiri dan sisi kanan. Ada angka dan lambang. Uang dinyatakan sah dan punya nilai kalau ada lambang dan angka itu. Pada waktu kita ber-kata, selamat panjang umur , kepada orang yang sedang mera-yakan hari ulang tahun, pada saat yang bersamaan, umurnya juga makin pendek. Mengapa? Misalkan Tuhan sudah memberi jatah baginya 60 tahun, maka pada saat memasuki usia 20, jatahnya semakin berkurang. Dalam hal ini, bertambah panjang dan bertam-bah pendek terjadi sekaligus. Ini disebut paradoks dua hal yang berbeda atau bertolak belakang, tetapi dua-duanya benar. Saat pergantian tahun, masa hidup kita di dunia makin bertam-bah, tetapi jatah juga berkurang. Namun janganlah kita hanya melihat sisi tambahnya, lihat juga sisi kurangnya, sebab itu akan membuat kita bijaksana. Dengan menghitung hari-hari, kita introspeksi dan bertanya tentang apa yang telah kita lakukan sepan-jang usia itu. Dengan menyadari bahwa waktu kita makin sedikit, berusahalah mengisinya dengan hal yang baik-baik. Dalam mengisi hari-hari, kita sering terjebak dalam rutinitas. Kita terjebak dalam perjalanan waktu. Kita terjebak dalam kesibukan, tuntutan waktu, sampai-sampai kita tidak lagi mempunyai momentum penting dalam waktu itu sendiri untuk menjadi bijaksana memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita. Jika kita tidak pernah menghitung hari-hari kita, bagaimana mungkin kita bisa menjadi bijaksana menjalani sisa-sisa hidup? Jika tidak belajar dari sana, kita tidak mendapatkan hati yang bi-jaksana, karena kita hanya meng-hitung nilai tambahnya. Nilai kurangnya tidak pernah kita hitung. Kita hanya berani bersyukur jika memperoleh sesu-atu kemajuan materi atau posisi. Maka, ucapan-ucapan yang kita dengar hanya Wah, puji Tuhan, uangku bertambah banyak. Puji Tuhan, saya sembuh dari penya-kit , dan sebagainya. Kalau wujud keberimanan kita seperti ini, alangkah sedihnya. Sebelum kerusuhan Mei 1998, banyak orang merasa bangga dan berkata, Puji Tuhan , karena memiliki harta kekayaan yang melimpah, atau meraup sukses di sana-sini. Tetapi, apa yang mereka katakan ketika usaha mereka runtuh? Ketika mereka mendadak jatuh pailit karena perubahan nilai rupiah terhadap dollar AS yang begitu drastis, bagaimana sikap mereka? Hutang berlipat ganda, usaha menjadi hancur. Apa karena Tuhan tidak ada? Apa karena Tuhan tidak mengasihi? Kita sering salah mengerti tentang cinta-kasih Tuhan. Kita sering salah memahami kehendak Tuhan. Jika kita mengalami keku-rangan, kehancuran, kehilangan, maka kita menganggap Tuhan tidak adil, atau Tuhan tidak bersama dengan kita. Lalu kita menjadi kecewa. Inilah kegagalan dan kehancuran yang melanda banyak orang Kristen, karena menganut faham teologi yang selalu sukses, selalu sehat. Sebagai pengikut Kristus, kita harus memahami bahwa bertam-bah dan berkurang dalam kepemi-likan, atau status, keduanya sama-sama memiliki nilai plus dalam hidup kita. Ketika seseorang menjadi miskin, mungkin saja kondisi itu membuatnya menjadi bijak. Seperti Nabi Musa. Sewaktu di istana, dia hanya tahu membereskan segala sesuatu dengan kekuatannya. Dia mencoba menyelesaikan persoalan bangsa Israel dengan statusnya sebagai bangsawan, tetapi dia tidak dianggap. Sampai akhirnya dia terlempar dari istana, menjadi gembala. Tetapi, justru di sinilah dia belajar, dan makin memahami kehendak Allah, dia makin mengerti cinta-kasih Allah. Hidupnya pun menjadi indah. Tuhan tidak pernah membuat sesuatu itu tanpa meaning mak-sud. Rencana Tuhan selalu indah, tetapi bagaimana perspektif kita sebagai manusia? Jangan karena sudah merasa percaya dan kenal pada Tuhan, maka semuanya akan menjadi baik dan mulus. Baca kisah Alkitab tentang Ayub yang saleh, cinta pada Tuhan, namun meng-alami pencobaan yang sangat hebat. Hartanya yang melimpah habis. Bukan cuma itu, dia juga kehilangan anak-anaknya, bahkan dia menderita penyakit berat pula. Namun kecintaan dan ketaatannya pada Tuhan tiada berkurang. Zakaria dan Elisabet, pasangan yang cinta Tuhan, namun baru memiliki anak pada usia tua. Hanna adalah seorang perempuan yang selalu memuji dan memuliakan Tuhan, tetapi kerap disakiti menan-tunya. Banyak kisah dalam Alkitab tentang orang-orang saleh namun mengalami berbagai kesulitan, sesaat, bahkan sampai mati. Namun mereka bertumbuh hebat dalam kerohaniannya. Sekali lagi, sisi tambah dan kurang dalam dimensi waktu sangat penting dalam hidup kita. Waktu merayakan hari ulang tahun, rasanya tidak cukup hanya mengucapkan selamat panjang umur , tapi juga selamat pendek umur . Jangan hanya ucapkan selamat berbahagia , namun juga hati-hati, berbahaya. Mengapa? Karena dalam menapaki sisa-sisa usianya, mungkin saja dia tidak berbuat apa-apa, malah hanya terlena dalam pesta yang memabukkan. Atau bisa saja dia hanya terlena dalam pujian-pujian syukurnya. Dalam keterlenaannya dia hanya sekadar mengatakan, Terimakasih Tuhan , tetapi pelayanannya, kepasrahannya pada Tuhan tidak bertambah. Ketika harta benda atau jaminan hidup seseorang bertambah, rasa kebergantungannya pada Tuhan seringkali justru berkurang. Atau sebaliknya, ketika jaminan hidup atau kepemilikan atas harta benda semakin berkurang, ketergan-tungan kita pada Tuhan semakin bertambah. Tetapi, tidak perlulah kebergantungan pada Tuhan men-jadi kuat karena harta semakin berkurang. Yang paling bagus adalah bagaimana supaya keter-gantungan pada Tuhan terus-menerus menguat baik di saat harta semakin berlimpah maupun berkurang. Jika ini bisa kita lakukan, bukankah sangat indah hidup ini? Mazmur 9012 berkata Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Semoga, di tahun yang baru ini kita mengerti dan menyadari bahwa segala apa yang kita miliki dalam hidup ini, pada dasarnya bukanlah milik kita, tetapi milik Tuhan. Kesadaran seperti inilah yang membawa kita ke dalam pertumbuhan yang sehat. Selamat tahun baru Januari 2005.* Diringkas dari kaset Khotbah Populer oleh Hans P. Tan